Minggu, 15 Juli 2012

Amo (ku) yang dulu..

apa yang akan elo lakuin, ketika seseorang yang elo harapkan, seseorang yang tahu elo apa adanya, mengerti akan setiap permasalahan elo, tapi ia tak pernah berusaha meraihmu,tidak untuk menghapus air matamu, tidak untuk memelukmu sejenak, atau apapun yang sedikit saja bisa membuat perasaanmu tenang?

aku kenal Amo sudah lama, dan kami cukup dekat. Amo selalu tahu apa yang aku rasain, dan apa yang aku alami. Amo selalu menjadi tempat ku bersandar, apapun yang aku ceritain, pasti Amo selalu menyambutku dengan senyuman. Hmm, dengan Amo, aku merasa aku benar-benar punya kakak lelaki. Seperti yang aku inginkan selama ini. Bahkan terkadang Amo selalu berusaha menyediakan waktu untukku, walau tugas kuliah dia selalu numpuk karena angka-angka yang selalu di hadapi nya. Beda dengan tugas kuliah ku, yang memang masih bisa di kerjakan nanti jika deadline sudah mepet. :'))

Teman-teman Amo bilang, kalau Amo ada perasaan lebih padaku. Ketika hal ini aku tanyakan padanya, Amo hanya tersenyum. Ia menjawab dengan senyum lebar, ia memang menyukai ku. Tapi tidak berharap lebih. Ah, alasan banget! Mana ada di dunia ini, menyukai sesuatu kok tidak berharap lebih untuk memiliki. Tapi kadang aku berfikir, gimana dengan aku sendiri? Hmm, aku juga menyukai Amo. Tapi entah, apakah ini karena memang aku tidak punya teman dekat selain Amo, yang membuat aku benar-benar nyaman dekat dengan Amo atau memang perasaan ini perasaan yang lain.

Amo selalu berusaha membuatku menikmati hari-hari yang ku jalani, mensyukuri apapun yang Tuhan kasih setiap hari nya. Itu lah hal lebih yang aku sukai dari Amo. Terkadang, saking bahagia nya aku menjalani hari itu, aku memeluk Amo. Amo akan tertawa melihatku, dan langsung membalas pelukan ku sejenak. Amo tidak pernah menyentuhku secara berlebihan, Amo pernah bilang, ia tidak ingin membuatku begitu mudah di hadapannya. Maksudnya? Entahlah, aku tidak mengerti.

Tapi, Amo tiba-tiba menghilang begitu saja. Karena aku dan Amo beda kampus, hal ini yang membuatku sulit mencari nya. Handphone nya tidak aktif. Facebook nya sudah tidak pernah online. Aku selalu mencari nya, aku berusaha untuk bisa terus bersama Amo. Hingga akhirnya aku berada di titik jenuh dan pasrah. Aku lelah seperti ini, lebih baik aku terus berjalan tanpa memikirkan Amo. Aku bisa kok, pasti bisa.

"ternyata tanpamu langit masih biru, ternyata tanpamu bunga pun tak layu, ternyata dunia tak berhenti berputar walau kau bukan milikku.."

Aku mencamkan lagu ini dalam-dalam, walau aku dan Amo bukan sepasang kekasih, tapi hubungan kami cukup dekat. Aku merasa Amo lebih dari apapun. Aku sangat bersyukur, jika aku mempunyai teman dekat. Tapi, Amo telah pergi. Aku rasa cukup sudah aku mengharapkan nya kembali. Aku menikmati hari-hari ku sendiri, menyelesaikan banyak tugas, dan melibatkan diri di banyak kegiatan. Cuma satu alasan ku, aku ga mau inget sama Amo. Aku ga mau nangis untuk Amo (lagi).

Hingga suatu hari Amo datang kembali, Amo berusaha mendekati ku kembali lewat teman-temanku. Aku menutup diri. Amo tak jengah. Sadar ia tak pernah mendapatkan perhatian dari ku lagi, ia mendekati ku lewat adiknya. Aku tak pernah menjauh dari keluarga siapapun, jika aku punya masalah dengan seseorang. Sebisa mungkin aku tetap menjaga hubungan baik ku dengan keluarga mereka. Adik Amo meminta nomer handphone ku, mau tak mau aku memberi nya.

Amo secara tidak sengaja bertemu dengan ku, ia meminta waktu ku sejenak. Amo menjelaskan mengapa ia meninggalkan ku. Ia tak ingin aku salah paham, ia ternyata mencintaiku lebih dari sahabat dekat. Maka ia memilih meninggalkan ku, untuk bisa meyakinkan perasaan nya. Aku terlanjur kecewa, aku merasa Amo tidak benar-benar mencintaikku. Jika memang iya mencintaiku, mengapa ia justru meninggalkanku..

Aku menangis (lagi) untuk Amo, aku terlanjur kecewa. Jika ia sedikit saja bisa jujur akan perasaan nya padaku, mungkin aku masih bisa menerima nya dengan berusaha mencintainya secara perlahan. Aku menangis di hadapan Amo, tidak banyak yang Amo lakukan selain diam, dengan tatapan bingung. Tidak untuk menghapus air mataku, atau berusaha memelukku. Tidak sama sekali. Aku tahu, Amo pasti tahu apa yang membuatku menangis. Tapi Amo masih diam, tak ada apapun yang Amo lakukan selain menatapku, dan menungguku terdiam.

Aku menangis lagi, Amo (ku) yang dulu sudah berubah.. Dan, jangan salahkan aku jika aku akan berubah sikap dengan mu..

Juni 2010 -dari kisah seorang teman, nama disamarkan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar